A Peck

“Kelas selesai. Selamat siang.” Itu adalah kalimat yang sejak satu setengah jam yang lalu Hani ingin dengar dari guru tua berkacamata itu. Ia meregangkan lehernya ke kanan dan ke kiri setelah melihat papan tulis yang kini penuh dengan catatan rumus yang sedari tadi tidak ia salin ulang di bukunya.

Ini akibatnya jika semalam menghabiskan waktu untuk menonton drama yang sedang naik daun. Waktu tidurnya jadi terganggu dan sekarang Hani benar-benar tidak dapat menahan kantuknya. Ia butuh tidur, setidaknya untuk lima belas menit ke depan memanjakan kedua matanya yang mulai meradang panas.

“Hani-ya. Mau ke kantin?” Tanya Gyuri, teman yang duduk di depan meja Hani. Dengan sopan Hani menggeleng kecil. “Aku ingin tidur sebentar. Tapi, boleh titip roti melon untukku?” pintanya. Gyuri tersenyum kecil. “Oke,” jawabnya singkat sebelum mengejar temannya yang sudah menunggu di bibir pintu.

“Ugggh,” Hani meregangkan kedua lengannya sebelum melipatnya dan menjadikan lengannya sebagai bantalan kepalanya. Ia sengaja menghadap ke tembok agar teman sekelasnya tak melihat wajahnya yang sedang tidur. Lima belas menit saja…

Park Chanyeol, dengan postur tubuh yang kelewat tinggi berhenti di belakang punggung Hani begitu mendengar dengkuran kecil dari gadis kelahiran 1992 itu. Chanyeol menahan tawanya dan mendekati pucuk kepala Hani yang menguarkan aroma peach. Ia daratkan sepasang bibirnya disana sebelum pergi.

The Call #2

Ahn Hani baru saja membuka matanya di Minggu pagi, namun tangannya mulai meraba-raba permukaan kasurnya, mencari ponselnya yang semalam lupa ia charge. Untungnya, baterai ponsel itu masih cukup untuk sekedar mengecek notifikasi yang muncul.

Sekelebat detik kemudian jari-jari rampingnya mulai sibuk membalas e-mail dari ibunya yang masih di London, menemani sang ayah yang tengah dalam perjalanan bisnisnya. Notifikasi aplikasi messenger tiba-tiba muncul, dengan nama Park Chanyeol sebagai pengirimnya.

Entah mengapa, selalu ada rasa urung untuk membuka pesan begitu kau mendapatkannya, apalagi dari seorang lelaki. Hani adalah salah satunya.  Ia melewatkan pesan Chanyeol dan membiarkan pemuda di seberang sana menunggu dengan tak sabar.

Setelah mengirim tugas kuliahnya pada teman sekelompoknya, Hani membuka pesan dari Chanyeol. Selamat pagi, katanya.

‘Selamat pagi.’ Balas Hani dengan cepat. Tak sampai lima detik, pesan itu telah terbaca oleh penerima. Dibandingkan sekedar pesan, dengan tak sabar Chanyeol menelepon gadis itu.

“Aku yakin kamu masih di tempat tidur.” Ujar Chanyeol begitu teleponnya terhubung.

“Ya, kamu juga, kan?” Ayolah, hari ini hari Minggu dan semua orang berhak punya alasan untuk sekedar berbaring diatas kasur empuk mereka untuk beberapa waktu lebih lama.

“Yaa… inginnya sih, di tempat tidurmu.”

The Call #1

Hani melepaskan parka hijaunya begitu ia masuk ke dalam apartemen kecilnya. Cuaca di luar yang mencapai enam belas derajat membuatnya ingin cepat-cepat menyelesaikan urusan di kampusnya dan bergegas pulang tanpa sepengetahuan Chanyeol.

Baru saja Hani ingin menyalakan televisinya, telepon rumah berdering. Dengan langkah lesu ia menyeret kakinya dan menjawab telepon itu. “Ahn Hani,” panggil suara berat yang ia tahu pasti siapa. Seseorang yang akhir-akhir ini tengah menarik perhatiannya sejak ia mengikuti klub fotografi di kampus—Park Chanyeol.

“Park Chanyeol,” balas Hani, dengan nada datar. Di seberang sana Chanyeol menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman manis di wajahnya. “Kamu di rumah?” tanyanya.

“Ya, aku baru sampai. Maaf, aku tidak datang ke klub hari ini.” Jawab Hani menyesal.

“Hm,” Chanyeol bergumam. “Pantas saja aku merindukanmu.”

{Mini Drabble} Caramel Macchiato

Coffee

by Babyeol

casts BTS’ Jungkook and a girl  genre AU!fluff  length drabble  rating G

*

Yang Jungkook tahu, gadis itu cantik. Apalagi saat ia duduk di sudut ruangan dengan mata yang terpaku pada novelnya sambil menunggu pesanan kopinya datang.

Yang Jungkook tahu, gadis itu manis. Apalagi saat ia mengulum segelas —caramel macchiato—menu yang selalu ia pesan jika datang ke kedai di bilangan Hongdae ini.

Yang Jungkook tahu, ia telah jatuh terlalu dalam pada pesona gadis itu. Continue reading