“Kelas selesai. Selamat siang.” Itu adalah kalimat yang sejak satu setengah jam yang lalu Hani ingin dengar dari guru tua berkacamata itu. Ia meregangkan lehernya ke kanan dan ke kiri setelah melihat papan tulis yang kini penuh dengan catatan rumus yang sedari tadi tidak ia salin ulang di bukunya.
Ini akibatnya jika semalam menghabiskan waktu untuk menonton drama yang sedang naik daun. Waktu tidurnya jadi terganggu dan sekarang Hani benar-benar tidak dapat menahan kantuknya. Ia butuh tidur, setidaknya untuk lima belas menit ke depan memanjakan kedua matanya yang mulai meradang panas.
“Hani-ya. Mau ke kantin?” Tanya Gyuri, teman yang duduk di depan meja Hani. Dengan sopan Hani menggeleng kecil. “Aku ingin tidur sebentar. Tapi, boleh titip roti melon untukku?” pintanya. Gyuri tersenyum kecil. “Oke,” jawabnya singkat sebelum mengejar temannya yang sudah menunggu di bibir pintu.
“Ugggh,” Hani meregangkan kedua lengannya sebelum melipatnya dan menjadikan lengannya sebagai bantalan kepalanya. Ia sengaja menghadap ke tembok agar teman sekelasnya tak melihat wajahnya yang sedang tidur. Lima belas menit saja…
Park Chanyeol, dengan postur tubuh yang kelewat tinggi berhenti di belakang punggung Hani begitu mendengar dengkuran kecil dari gadis kelahiran 1992 itu. Chanyeol menahan tawanya dan mendekati pucuk kepala Hani yang menguarkan aroma peach. Ia daratkan sepasang bibirnya disana sebelum pergi.